JAKARTA,Satucita.Com– Baru-baru ini laporan Badan Pusat Statistik (BPS) 2024 angka pernikahan di Indonesia mengalami penurunan dalam satu dekade terakhir.
Merespons kondisi ini Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (UNAIR) Prof Dr Bagong Suyanto Drs MSi menyebut bahwa fenomena ini merupakan hal wajar dan konsekuensi yang tidak terhindarkan. Meski demikian tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan dalam hal ini.
“Menurunnya angka pernikahan itu wajar. Tidak ada yang harus diperbaiki. Tapi yang penting memastikan hal ini berdampak positif untuk memberdayakan perempuan dan masyarakat,” jelas guru besar sosiologi ini seperti dikutip dari laman Unair.ac.id, Jumat (15/3/2024).
Prof Bagong berharap, fenomena ini dapat memberikan dampak yang baik kepada masyarakat yakni meningkatnya modal sosial masyarakat.menurutnya penyebab dari fenomena ini, adalah semakin terbukanya peluang perempuan untuk mengembangkan potensi diri.Kondisi membuat kesempatan perempuan untuk sekolah dan bekerja semakin terbuka lebar.
“Disamping itu ketergantungan perempuan juga menurun,” Ucapnya
Tak hanya itu, jumlah laki-laki dengan kondisi ekonomi mapan relatif sedikit, karena mencari pekerjaan semakin sulit.
Diketahui dari data yang ada, fenomena ini terjadi di DKI Jakarta yang mengalami penurunan mencapai angka 4.000.
Sementara Jawa Barat mengalami penurunan sebanyak 29.000. Kondisi serupa terjadi di Jawa Tengah dengan penurunan sebanyak 21.000 dan Jawa Timur sekitar 13.000.
Data dari BPS menyebutkan pada 2023 jumlah pernikahan di Indonesia sebanyak 1.577.255. Angka ini ternyata menurun sebanyak 128.000 jika dibandingkan dengan tahun 2022.
Sementara jika dalam satu dekade terakhir angka pernikahan di Indonesia menurun sebanyak 28,63 persen.