Press ESC to close

Satu CitaSatu Cita

Review Film Lafran Pane: Nonton Bareng di Berbagai Daerah

Jakarta, satucita.com – Film “Lafran Pane” yang diproduksi sebelum masa pandemi tahun 2020 akhirnya dirilis pada tahun 2024. Acara nonton bareng (nobar) film ini diselenggarakan oleh Pengurus Korps Alumni HMI (KAHMI) Majelis Wilayah Jatim di Maspion Square Surabaya, Jumat (14/6/2024) malam. Acara ini disambut antusias dan meriah, serta dihadiri ribuan penonton dari Presidium KAHMI di daerah, mahasiswa HMI, aktivis KAHMI, serta 30 perwakilan Majelis Daerah KAHMI dari kabupaten/kota se-Jatim.

Sinopsis dan Perjalanan Lafran Pane

Film ini mengisahkan tentang Lafran Pane, seorang anak kecil yang kehilangan ibu dan neneknya. Ia dibesarkan oleh ayahnya, Sutan Pangurabaan, seorang jurnalis dan pendiri Muhammadiyah di Sipirok. Lafran Pane kecil adalah anak yang nakal dan sering bolos sekolah. Sejak kecil, ia dibesarkan oleh sang ayah serta keluarga besar. Film tersebut mengisahkan bagaimana Lafran Pane kecil hingga dewasa sampai mendirikan HMI.

Perjuangan dan Visi Lafran Pane

Perjalanan Lafran Pane dari Tapanuli Selatan ke Jakarta hingga Yogyakarta mewarnai perubahan cara memandang Lafran dalam perjuangan. Idealismenya menguat, prinsip hidup harus ditegakkan menjadikan Lafran Pane punya visi besar dalam memperjuangkan keindonesiaan. Film ini menghadirkan semangat perjuangan Lafran Pane yang menjadi inspirasi dalam upaya terus menerus menyatukan seluruh komponen dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pesan dan Nilai

Film Lafran Pane diproduksi sebelum masa pandemi 2020 dan dipersembahkan untuk Prof. Lafran Pane, salah satu pahlawan nasional. Film ini menampilkan bagaimana Lafran Pane kecil hingga dewasa, serta perjuangannya dalam mendirikan HMI. Film ini juga menampilkan bagaimana Lafran Pane menjadi inspirasi bagi generasi muda dan para aktivis yang bernaung di HMI.

Film Penonton “Lafran Pane” di berbagai daerah mendapat sambutan yang antusias dan meriah. Film ini memberikan pelajaran berharga dan tauladan bagi generasi muda dan para aktivis yang bernaung di HMI. Film ini juga menjadi inspirasi dalam upaya terus menerus menyatukan seluruh komponen dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Tinjauan

Judul Film: Lafran
Sutradara: Faozan Rizal
Pemeran Utama: Dimas Anggara, Mathias Muchus, Lala Karmela

“Lafran” adalah film biografi yang menceritakan kisah hidup Lafran Pane, seorang tokoh penting dalam sejarah pergerakan pelajar Indonesia. Dikenal sebagai pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada tahun 1947, Lafran Pane adalah sosok yang sangat berpengaruh dalam dunia aktivisme mahasiswa. Film ini mencoba mengangkat perjuangan dan dedikasi Lafran dalam memperjuangkan nilai-nilai Islam dan nasionalisme di kalangan pelajar.

Dimas Anggara berperan sebagai Lafran Pane dengan sangat meyakinkan. Ia berhasil menggambarkan karakter Lafran yang penuh semangat dan dedikasi. Melalui penampilan Dimas, penonton dapat merasakan berbagai emosi yang dialami Lafran, mulai dari kegelisahan, tekad, hingga kebahagiaan atas pencapaiannya. Penampilan Mathias Muchus sebagai ayah Lafran juga memberikan kedalaman emosional pada film ini, menyoroti peran penting keluarganya dalam menyemangatai perjuangan Lafran.

Salah satu kekuatan utama film ini adalah skripnya yang ditulis dengan cermat. Alur cerita bergerak dengan baik, membawa penonton melewati berbagai fase kehidupan Lafran Pane, dari masa mudanya hingga saat ia mendirikan HMI. Film ini juga menyoroti tantangan-tantangan yang dihadapi Lafran, baik dari segi pribadi maupun profesional, memberikan gambaran lengkap tentang pengorbanan yang ia lakukan.

Pengambilan gambar dalam film ini sangat memukau, terutama dalam menampilkan setting tahun 1940-an dan 1950-an dengan detail yang akurat. Sinematografi yang apik membantu menambah nuansa historis dan memberikan kesan autentik pada film. Adegan-adegan penting dalam sejarah HMI juga dijelaskan dengan baik, memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana organisasi ini terbentuk dan berkembang.

Sutradara Faozan Rizal berhasil menyutradarai film ini dengan baik, menjaga keseimbangan antara drama pribadi dan narasi sejarah. Ia berhasil menyajikan kisah hidup Lafran Pane dengan cara yang tidak hanya informatif tetapi juga menginspirasi. Musik latar yang digunakan dalam film ini juga sangat mendukung, memperkuat suasana emosional di setiap adegan.

“Lafran” bukan sekadar film biografi; ia adalah sebuah penghargaan terhadap seorang tokoh yang mungkin kurang dikenal oleh banyak orang, namun memiliki kontribusi besar dalam sejarah pergerakan pelajar di Indonesia. Film ini juga menyajikan pesan penting tentang semangat perjuangan, pengorbanan, dan dedikasi terhadap nilai-nilai yang diyakini.

Secara keseluruhan, “Lafran” adalah film yang layak ditonton, terutama bagi mereka yang tertarik dengan sejarah pergerakan pelajar dan peran Islam dalam nasionalisme Indonesia. Film ini tidak hanya menghibur tetapi juga memberikan wawasan dan inspirasi, memperkenalkan penonton pada sosok Lafran Pane yang patut dijadikan teladan.

Dengan akting yang kuat, cerita yang menginspirasi, dan produksi yang solid, “Lafran” berhasil menjadi film biografi yang menonjol, menyajikan kisah hidup seorang pahlawan yang mungkin belum banyak dikenal, namun sangat berpengaruh. Film ini mengajak kita untuk memikirkan kembali pentingnya semangat juang dan dedikasi dalam mencapai tujuan bersama.